Demam Berdarah Dengue
Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan penyebarannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD ditemukan di daerah tropik dan subtropik, mengenai 50-100 juta orang per tahun. Lebih dari dua per lima populasi dunia tinggal di daerah yang beresiko tinggi infeksi DBD. Di Asia Tenggara angka kematian mencapaai 5 % dengan jumlah kematian mencapai 25.000 per tahun.(Cussi dkk,2005; WHO, 2003)
DBD masih menjadi masalah kesehatan yang penting di masyarakat karena sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat mengobati penyakit ini, sehingga penanggulangan DBD lebih diarahkan pada pengendalian vektornya yaitu nyamuk Aedes spp. Salah satu cara pemberantasan vektor DBD adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk atau tempat perindukan vektor.Tempat perindukan bagi Aedes spp. seperti tempayan atau gentong, tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jambangan atau pot bunga, kaleng-kaleng, botol, drum dan ban mobil yang terdapat di halaman rumah dan berisi air hujan, selain itu dapat juga ditemukan tempat perindukan alamiah seperti kelopak daun tanaman seperti daun keladi dan pisang, tempurung kelapa, tonggak bambu dan lubang pohon yang berisi air hujan.(Depkes RI, 1997; Hasyimi dkk, 1994; Saleha, 2005; Sumarno, 1983)
Letusan DBD pertama kali di Indonesia terjadi tahun 1968,kemudian jumlah penderita semakin meningkat dan penyebarannya pun semakin luas seiring meningkatnya penyebaran penduduk dan transportasi yang semakin lancar. Januari hingga Maret 2004 Kejadian Luar Biasa DBD di Indonesia telah menimbulkan 39.938 kasus dengan 498 kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 1,3 %. Dibandingkan KLB 1997 dengan CFR 2,2 % dan tahun 1998 dengan CFR 1,9 %, KLB tahun 2004 memiliki CFR yang lebih baik.(Cussi dkk, 2005; Santoso, 2004)
Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.1,2
Epidemiologi
Epidemiologi Dengue pertama kali dilaporkan di Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779. Demam berdarah dengue di Indonesia, pertama kali berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, dan kepastian virologiknya diperoleh pada tahun 1970.(Hendarwanto, 1987). Di Jakarta laporan pertama di ajukan pada tahun 1969. Dari tahun 1968 sampai tahun 1972, kasus hanya dilaporkan di pulau Jawa. Epidemi di luar pulau Jawa dilaporkan tahun 1972 (Sumatera Barat dan Lampung), 1973 (Riau, Sulawesi Utara dan Bali), 1974 (Kalimantan Selatan, NTB).( Sumarno, 1983 )
Wabah DBD sejak 1968 cendrung meningkat dan tempat penyebarannya pun semakin luas. Sejak tahun 1973 demam berdarah menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Hal ini terjadi karena virus penular maupun vektor tersebar luas di seluruh pelosok tanah air dan terus ada sepanjang tahun dengan peningkatan kepadatan populasi di musim hujan. Jumlah kasus dari tahun ke tahun memperlihatkan pola kenaikan 5 tahunan, dimulai dari tahun 1968,1973,1983 dan tahun 1988 dengan sekitar 50.000 kasus. Kenaikan tersebut dapat disebabkan oleh penurunan kekebalan setiap 5 tahun, atau akibat mutasi virus setiap 5 tahun sehingga muncul strain baru yang virulen, atau karena peningkatan laporan (Surveilance).( Hadi, 2004 )
KLB terbesar terjadi pada tahun 1998 denga Insidence Rate (IR) 35,19 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate(CFR) 2 %. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17 %, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat 15,99 % tahun 2000; 21,66 % tahun 2001 dan 19,24 % pada tahun 2002.(Pranoto dkk, 1994)
Etiologi
Demam berdarah dengue Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok Arbovirus B dan ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes. Di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes yaitu : Aedes aegypti dan Aedes albopictus.1,2,3
Sampai saat ini ada 4 jenis serotipe virus dengue yang tidak saling mempunyai imunitas silang yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Di Indonesia, demam berdarah dengue terutama disebabkan oleh DEN-3, walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan dominasi oleh virus DEN-2. 1,2,3
Cara Penularan Virus Dengue
Virus Dengue menginfeksi manusia, primata yang lebih rendah, dan nyamuk. Penularan virus dengue terjadi dengan beberapa cara, yaitu : transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk, virus ditularkan melalui telurnya, kontak seksual antara nyamuk dan melalui gigitan nyamuk pada manusia. Nyamuk betina dewasa biasanya akan terinfeksi virus apabila dia menghisap darah seeorang yang dalam fase demam akut. Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik selam 8 – 10 hari maka kelenjar ludah nyamuk akan terinfeksi. Bila nyamuk itu menggigit orang maka cairan ludahnya akan masuk kedalam tubuh orang tersebut. Virus Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk dari manusia ke manusia lainnya. Virus memasuki tubuh manusia dengan menembus kulit manusia akan menjadi sumber penularan apabila dalam tubuhnya terdapat virus.( Kristina dkk, 2004 )
Dengue tidak di tranmisikan melalui kontak antara manusia, virus tidak bisa menyebabkan infeksi melalui kulit utuh maupun kulit yang rusak.( Shattuck, 1951 )
Menurut WHO siklus penularan demam berdarah itu meliputi :
- Vektor adalah Ae.aegypti dan spesies Aedes yang lainnya.
- Periode inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari.
- Infeksi virus Dengue pada manusia dari gigitan nyamuk.
- Inkubasi instrinsik selama 3-10 hari (rata-rata 4-6 hari)
- Viraemia tampak sebelum awal munculnya gejala dan berlangsung selama kurang lebih lima hari pada awal timbulnya penyakit.
- Pola penularan vertikal kemungkinan merupakan hal yang penting bagi virus untuk mempertahankan hidup namun tidak ada siklus KLB (Kejadian Luas Biasa) atau wabah.( WHO, 2003 )
Patogenesis
Mekanisme sebenarnya tentang patogenesis, patofisiologi, hemodinamika dan perubahan biokimia pada DHF/DSS hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Sebagian besar ahli masih menganut The Secondary Heterologous Infection Hypothesis atau The Sequential Infection Hypothesis yaitu bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali mendapat infeksi ulangan dengan tipe virus dengue yang berlainan.
Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection Hypothesis yaitu akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, akan terbentuk kompleks virus antibodi yang selanjutnya :
- akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut.
- menimbulkan agregasi trombosit sehingga mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi dan mengalami metamorfosis dan dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadinya trombositopenia hebat dan perdarahan.
- terjadi aktivasi faktor Hageman ( factor XII ) yang selanjutnya juga mengaktivasi sistem koagulasi dengan akibat terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Disamping itu aktivasi factor XII akan menggiatkan sistem kinin yang berperan dalam meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya faktor koagulasi dan kerusakan hati akan menambah beratnya perdarahan.1,3
Aspek Klinik Demam Berdarah
Virus Dengue memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama lebih kurang empat hari, virus melakukan replikasi yang cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat itu manusia akan mengalami gejala infeksi dan panas. Bentuk reaksi yang terjadi pada satu individu adalah berbeda antara satu dengan yang lainnya, perbedaan ini akan memanifestasikan gejala klinis dan perjalanan-perjalanan penyakit. Pada prinsipnya bentuk reaksi tubuh manusia terhadap virus Dengue adalah sebagai berikut :
- Pada reaksi pertama : terjadi netralisasi virus dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil dikulit berupa gejala ruam (rash).
- Pada reaksi kedua : terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi perdarahan.
- Pada reaksi ketiga : terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma darah dari pembuluh menuju rongga perut berupa gejala asites dan rongga pleura berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia mengalami reaksi 1 dan 2 saja, disebut demam Dengue dan apabila ia mengalami reaksi ketiga, disebut Demam Berdarah Dengue (DBD).( Widodo, 2005 )
Manifestasi Klinik
Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu:5,6
1. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue, karena fase tersebut dapat merupakan awal penyembuhan tetapi dapat pula sebagai awal syok.
- Manifestasi perdarahan
Penyebab perdarahan adalah vaskulopati, trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Perdarahan lain yaitu epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena. Perdarahan yang paling ringan ditandai dengan uji torniquet positif.
- Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit.
- Tanda-tanda kegagalan sirkulasi
Gangguan sirkulasi ditandai dengan demam disertai keluarnya keringat, perubahan denyut nadi dan tekanan darah, akral ekstremitas teraba dingin disertai kongesti kulit
Klasifikasi
Menurut WHO (1975) demam berdarah dengue dibagi atas : 2,4,7
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
Derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan/perdarahan lain.
Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (£20 mmHg) atau hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan lembab serta penderita tampak gelisah.
Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.
Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut WHO adalah sebagai berikut:1,3,5 Continue reading